Kamis, 17 Juni 2010

MAKALAH PEMPOL MARXISME

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan politik adalah bagian dari pembangunan nasional secara keseluruhan, dimana pembangunan itu diarahkan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang demokratis sehingga terwujudnya suatu ketertiban politik. Pembangunan politik merupakan salah satu aspek pembangunan nasional yang bisa dipandang sebagai wahana bagi aspek pembangunan lainnya. Yang disebabkan oleh adanya saling keterkaitan, misalnya pembangunan ekonomi dapat mendorong pembangunan politik serta bidang-bidang lainnya.
Suatu Negara jika dari segi ekonominya maju, akan mendorong kemajuan dalam bidang yang lain, sebab dengan semakin makmurnya masyarakat, akan terciptanya suatu masyarakat yang semakin maju. Pembangunan politik apabila dikaitkan dengan Marxisme, dilihat dari segi ekonomi karena Marxisme berbasis ekonomi dan supra - strukturnya banyak,seperti ideologi, agama, politik, budaya, dan sebagainya. Marxisme menginginkan keseimbangan kelas / kesetaraan kelas untuk terwujudnya pembangunan dan kesejahteraan bersama.
Berbicara mengenai Marxisme mungkin alam pikiran kita akan langsung dibawa kepada Negara-negara berhaluan sosialis-komunis seperti Cina, Kore Utara, Vietnam, Kuba, Negara-negara eks Uni Soviet (yang kemudian pecah menjadi 14 negara republik), dan eks Jerman Timur. Paradigma ini telah tersusun begitu kuat hingga kita akan selalu berpikir bahwa Marxis adalah paham mengenai sosialis- komunis. Apakah memang benar realitanya demikian?
Ideologi Marxis tidak disangkal lagi memang sangat berkaitan dengan sosialis -komunis, akan tetapi Marxisme bukanlah paham yang 100% sosialis-komunis seperti yang kita bayangkan. Ada sebuah pencampuradukan makna yang seringkali membuat kerancuan antara pengertian Marxisme yang sebenarnya dengan paham sosialis-komunis. Menurut Franz Magnis Suseno istilah “Marxisme” tidak sama dengan komunisme. Komunisme (dalam hal ini komunisme internasional) adalah gerakan dan kekuatan politik partai-partai komunis yang menjadi kekuatan politis dan ideologis internasional di bawah pimpinan W.I Lenin. Ajaran komunis Lenin ini merupakan ideologi komunisme dunia (selanjutnya disebut dengan ideology Marxisme-Leninisme) dan Marxisme hanyalah salah satu komponen dalam komunisme yang dikenal selama ini (Suseno, 1999). Kaum komunis memang selalu mengklaim interpretasi atas ajaran Marx sebagai ideology mereka agar dipandang sebagai pewaris sah ajaran Marx ini. Istilah komunisme sendiri sebelum disahkan oleh Lenin sebagai paham komunisnya ternyata telah ada di dalam masyarakat jauh sebelum digaungkan oleh Lenin. Komunisme merupakan suatu cita-cita utopis masyarakat dimana segala hak milik pribadi dihapus dan semuanya dimiliki bersama.
Secara praktis dan ringkas pemikiran Karl Marx sebenarnya muncul dikarenakan adanya eksploitasi dari kaum borjuis terhadap kaum proletar dalam suatu proses produksi sebagai akibat dari adanya sistem kapitalisme (Woodfin, 2008). Sistem kapitalisme yang terjadi setelah revolusi industrinya berlangsung (yang menandai berakhirnya sistem feodal) dimana dipergunakan tekhnologi dalam industri yang menyebabkan peran buruh menjadi kurang. Pihak borjuis yang menguasai sarana produksi dapat dengan mudahnya mendapatkan penghasilan karena bisa melakukan proses produksi. Sebaliknya kaum proletar yang pendapatannya tergantung dengan kaum borjuis semakin terpojok akibat kapitalisme yang menggantikan posisi mereka dengan tekhnologi baru (Pozzolini, 2006). Berawal dari sinilah terjadinya antagonisme kelas antara kaum borjuis dan proletar.
Marx menolak secara tegas adanya ketidakseimbangan kelas antara proletar dan borjuis, ia menghendaki adanya revolusi proletariat. Inilah tugas yang seharusnya dilakukan oleh kaum proletar untuk mendapatkan kesetaraan dan haknya kembali yakni menggulingkan kapitalisme dengan mengebrak kaum borjuis ( Pozzolini, 2008). Dengan adanya revolusi maka kesetaraan akan didapatkan kembali dan utopianisme untuk membuat masyarakat dunia yang sosialis akan terbantahkan. Dunia yang dicita-citakan dimana hak milik pribadi dihapuskan dan menjadi hak bersama bukanlah hal yang mustahil (Suseno, 1999). Hal ini pun akan semakin membuktikan bahwa pemikirn Karl Marx bukan hanya bersifat filsafati namun sangat ilmiah (sosiologis) dan dapat diaplikasikan.
Sangat menarik membicarakan tentang Marxisme ini dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita kaum marxis yang anti kapitalis. Studi Pembangunan Politik dapat membantu kita dalam memahami perjuangan kaum marxis yang anti kapitalisme dan untuk menuju masyarakat yang berkeadilan sosial dan ekonomi.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Untuk mempermudah dalam penyusunan makalah ini, maka penulisan dibatasi sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah konsep Marxisme dalam Pembangunan Politik?
1.2.2 Bagaimana mekanisme perubahan manusia?
1.2.3 Apa yang dimaksud Marx, dari kapitalisme ke mayarakat tanpa kelas?
1.2.4 Bagaimanakah terjadinya Revolusi Rusia oleh Partai Bolsheviks?
1.2.5 Apa hubungan Marxisme dengan Pembangunan Politik?

1.3 TUJUAN PENULISAN
Ada beberapa alasan mengapa tulisan ini dibuat penulis, yaitu :
1.3.1 Memenuhi tugas matakuliah Pembangunan Politik
1.3.2 Menjelaskan konsep Marxisme
1.3.3 Menggambarkan mekanisme perubahan manusia
1.3.4 Menerangkan Kapitalisme ke masyarakat tanpa kelas
1.3.5 Mengemukakan Revolusi Rusia sebagai kasus Marxisme
1.3.6 Menjelaskan kaitan antara Marxisme dengan Pembangunan Politik



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MARXISME
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan tentang konflik kelas antara kaum borjuis dengan proletar yang berbasis pada ekonomi dan supra - strukturnya terdiri dari ideologi, agama, politik dan budaya. Para pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Teori ini merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manifesto Komunis yang dibuat oleh Karl Marx dan sahabat karibnya, Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Menurutnya bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.
Keadaan para kaum proletar yang sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah sangat minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup dalam penderitaan, tinggal di daerah pinggiran dan kumuh. Menurut Marx, masalah ini disebabkan oleh adanya “kepemilikan pribadi” atas alat-alat produksi oleh kaum borjuis. Marx menginginkan penghapusan “kepemilikan pribadi” tadi, untuk kemudian menjadi kepemilikan bersama. Adapun hal lain yang juga penting sebagai upaya untuk mensejahterakan kaum proletar, menurut Marx paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Jika kepemilikan bersama dan paham komunisme tidak terwujud, kaum proletar akan memberontak untuk menuntut keadilan. Itulah dasar dari marxisme.
Lima tahap perkembangan ide marxisme: Hegel= bagaimana membebaskan manusia dari penindasan, struktur politik yang revolusioner (tahap 1), Feurbach= alienasi , keterasingan dari dirinya sendiri (tahap 2), F Engels = sosialisme klasik, manusia dapat dibebaskan asal penindasan dari kaum buruh dihapuskan (tahap 3), perkembangan dari ekonomi yang menentukan sejarah perkembangan manusia, bukan ideologi, politik dan lainnya(tahap 4) Kontradiksi internal sistem produksi kapitalis akhirnya yang akan menghapus hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan mewujudkan masyarakat kapitalis tanpa kelas= Sosialisme ilmiah (tahap 5). Tahap 1-3 disebut dengan Marx muda dan tahap 4-5 Marx tua.
Adapun prinsip-prinsip pokok program politik Marxis, antara lain : Orientasi Internasionalis dan masalah kepemilikan alat-alat produksi.
1) Orientasi Internasionalis
Dalam pikiran Marx pentingnya internasionalisme tidak bisa disangkal, namun internasionalisme Marxis bukanlah komitmen moral yang bersifat abstrak (sebetulnya liberal borjuis) kepada semacam “persaudaraan internasional semua bangsa”, melainkan mendasarkan diri terhadap keberadaan proletariat sebagai kelas internasional, yang diciptakan oleh pasar kapitalis sedunia, dan terpaksa harus berjuang di tingkat internasional untuk melawan sistem kapitalisme itu.
Sifat dasar dari internasionalisme Marxis adalah prioritasnya kepada kepentingan global kelas buruh. Secara lebih konkrit bias dijelaskan sebagai berikut: misal seorang buruh revolusioner yang belum pernah meninggalkan kampong halamannya dan tidak dapat berbahasa asing, tetapi melawan pemerintah nasional di masa perang, maka ia disebut sebagai seorang internasionalis. Sedangkan seorang professor terhormat yang pernah berkeliling dunia, yang fasih dalam banyak bahasa, tetapi di masa perang tetap menyokong pemerintah borjuis adalah seorang nasionalis.
2) Kepemilikan alat-alat produksi. Banyak pengamat (pengamat borjuis tetapi juga banyak yang menganggap dirinya “Marxis”) percaya bahwa prinsip utama Marxisme dan sosialisme adalah nasionalisasi alat-alat produksi tersebut. Argumentasi Kaum sosialis: kapitalisme, yang sama dengan kepemilikan swasta, adalah irasional dan tidak adil , dan menyebabkan krisis ekonomi serta kemiskinan, perang, dan sebagainya. Seandainya perusahaan-perusahaan ada di tangan aparatur Negara dan disertai dengan perencanaan ekonomi, maka keadaan akan lebih rasional dan adil. Perjuangan kelas buruh dimengerti sebagai cara untuk mencapai tujuan (nasionalisasi) itu. Jika timbul cara alternative, seperti perang gerilya atau proses parlementer, cara-cara ini mungkin saja dianggap cocok juga. Proses nasionalisasi adalah tujuan dan perjuangan kelas buruh sebagai alat.
Sedangkan pendekatan Marxis jauh berbeda, proletariat sedang berjuang melawan kaum kapitalis yang menghisap dan menindas kaum buruh. Maka satu-satunya cara untuk memenangkan perjuangan ini dan membebaskan diri dengan mengalahkan kelas kapitalis di kancah politik serta merebut alat-alat produksi mereka. Hal itu mungkin terjadi jika proletariat menciptakan apparatus Negara yang baru. Pendekatan ini dijelaskan dalam manifesto komunis:

Telah kita lihat di atas, bahwa langkah pertama dalam revolusi kelas buruh, adalah mengangkat proletariat pada kedudukan kelas yang berkuasa, memenangkan perjuangan demokrasi. Proletariat akan menggunakan kekuasaan politiknya untuk merebut, selangkah demi selangkah, semua capital dari borjuasi, memusatkan semua perkakas produksi ke dalam tangan Negara, artinya proletariat yang terorganisasi sebagai kelas yang berkuasa; dan untuk meningkatkan jumlah tenaga-tenaga produktif secepat mungkin
Untuk kaum marxis, pembebasan kelas buruh merupakan tujuannya; dan nasionalisasi perkakas produksi adalah sebagai caranya.
Perselisihan ini “kedua jiwa sosialisme” sangatlah penting, dan kita akan kembali ke hal itu berkali-kali. Tujuan sosialis yang terakhir yaitu masyarakat tanpa perbedaan kelas-tentunya adalah aspirasi umat manusia sejak dahulu kala. Namun marxisme berbeda karena mendasarkan aspirasi ini, sebagai kemungkinan realistis, pada perkembangan proletariat, ‘sebuah kelas yang karena posisinya dalam masyarakat, hanya dapat membebaskan diri dengan menghapuskan semua kekuasaan yang berkelas, semua perhambaan dan penghisapan. Secara teoritis, peralihan dari kapitalisme ke komunisme (diktatur proletariat) ialah hanya kelanjutan dari perjuangan kaum buruh sampai ke kemenangan. Namun bentuk khusus diktator tersebut tidak ditemukan baik oleh Marx maupun pemikir Marxis yang lainnya, melainkan oleh kaum buruh revolusioner sendiri.
Kelas buruh sebagai kelas tertindas tidak pernah dan tidak akan bisa memperbaiki taraf hidup mereka. Kelas ini tidak memiliki alat-alat dan bentuk-bentuk produksi seperti yang dimiliki kelas borjuasi. Yang dilakukan mereka hanyalah menjual tenaga kerja kepada kelas penindas hanya sekedar untuk tetap bisa hidup. Hidup mereka, karena sistem kerja yang eksploitatif, hanya diabdikan untuk menciptakan dan akumulasi capital. Hubungan eksploitatif antara dua kelas itu menurut Marx akan menciptakan antagonism kelas (class antagonism) yang kemudian akan melahirkan krisis revolusioner. Bila situasi sudah demikian, maka kaum proletar atau kelas pekerja melalui proses sosial tertentu akan menjadi kelas revolusioner. Mereka menjadi kelas yang menghendaki perubahan struktural, mengambil alih kekuasaan dengan paksa dan melakukan transformasi struktur sosial secara revolusioner.
Marx berharap kelas pekerja menjadi kelas penguasa bila berhasil merebut kekuasaan dan kapital kaum borjuis kapitalis dan memusatkan semua alat-alat produksi di tangan kelas pekerja. Akhir perjuangan kaum pekerja menentang kelas kapitalis adalah terciptanya masyarakat tanpa kelas (class less society). Masyarakat tanpa kelas, menurut Marx, ditandai oleh lenyapnya perbedaan-perbedaan kelas dan produksi dikuasai oleh bangsa serta kekuasaan Negara akan kehilangan karakter politiknya. Maksudnya kekuasaan politik (organized power) itu tidak lagi bersifat opressif dan menindas masyarakat.
Yang dimaksud Marx dengan revolusi jelas bukan revolusi damai (glorious revolution)seperti di Inggris abad XIII, melainkan revolusi kekerasan. Dalam revolusi itu, konflik antara proletar dan borjuis tidak terelakkan. Marx dan Engels selalu menekankan makna pentingnya konflik kelas (driving force of history). Menurut Marx tanpa konflik kelas, tidak akan ada kemajuan karena hal itu merupakan hokum yang selalu menyertai peradaban (sejak dahulu) hingga sekarang . Oleh karena itu hanya konflik kelaslah yang dapat mengubah secara structural kehidupan masyarakat dan setiap kelas yang berkonflik selalu menunjukan hubungan dialektis dalam pengertian Hegelian. Yaitu satu kelas menjadi thesis dan kelas lainnya menjadi antithesis.
Akar-akar konflik itu menurut Marx tidak disebabkan hanya karena perbedaan pendapat capital dalam bentuk kekayaan pasif, melainkan perbedaan tajam menyangkut hubungan, pemilikan dan penggunaan bentuk serta kekuatan-kekuatan produksi aktif. faktor-faktor ini penting karena, hubungan produksi-hubungan otoritas yang terbentuk karena ketimpangan dalam distribusi kekayaan dalam produksi industrial, misalnya merupakan unsure konstitutif konflik kelas dan perkembangannya.

2.2 MEKANISME PERUBAHAN MANUSIA

Marx berpendapat bahwa setiap perubahan social mesti bersifat revolusioner. Tidak ada perubahan perlahan-lahan. Sejarah dimengerti sebagai pergantian terus menerus antara keadaan-keadaan yang stabil dan tidak berubah.
Inti pandangan materialis sejarah adalah bahwa selama masyarakat terdiri dari kelas-kelas social yang berbeda, bidang ekonomi memuat dua unsur yang kontradiktif, dan bahwa kontradiktif ini niscaya cepat atau lambat akan mengakibatkan perubahan secara revolusioner. Di satu pihak ada unsur yang menentang segala perubahan yaitu struktur kekuasaan ekonomis atau struktur pemilikan modal. Kelas-kelas atas yang menguasai masyarakat dengan sendirinya berkepentingan mempertahankan kedudukan mereka. Maka mereka menentang segala perubahan social kelas-kelas bawah tidak dapat memperbaiki kedudukan mereka. Tetapi di lain pihak kelas-kelas atas berkepentingan untukterus menerus meningkatkan produktivitas pekerjaan. Lama kelamaan hubungan-hubungan social yang tetap tidak dirubah semakin tidak memadai dengan tuntutan-tuntutan rasionalitas ekonomi yang terus meningkat. Kontradiksi ini terungkap dalam ketegangan antara kelas-kelas pekerja dan pemilik yang semakin tajam. Akhirnya struktur kekuasaan ekonomi sedemikian irrasional sehingga tidak dapat dipertahankan lagi. Perlawanan kelas-kelas pekerja tidak dapat ditindas lagi , dan terjadilah suatu perubahan revolusioner

2.3 DARI KAPITALISME KE MASYARAKAT TANPA KELAS
Yang membedakan masyarakat kapitalis dari semua masyarakat sebelumnya dalam pandangan Marx ialah bahwa revolusi yang akan mengakhirinya, revolusi sosialis akan menghasilkan masyarakat tanpa kelas.
Dalam masyarakat kapitalis nafsu mencari untung, yang dalam masyarakat prakapitalis diselubungi dalam berbagai ideologi yang suci yang diakui secara resmi sebagai nilai utama. Uang atau modal dan bukan konsumsi menjadi tujuan kegiatan ekonomis. Maka terjadi akselerasi perkembangan produksi dan penyederhanaan struktur-struktur social. Desakan untuk menaikan produktifitas semakin besar dan persaingan antara para kapitalis semakin tajam. Kantong-kantong produksi dengan gaya prakapitalis, perusahaan-perusahaan kecil dan menengah semakin terserap ke dalam proletariat. Maka jumlah buruh semakin bertambah. Meluasnya kelas buruh dan rasionalisasi produksi yang semakin mengurangi jumlah buruh yang masih mendapat pekerjaan, semakin memiskinkan kelas buruh. Perkembangan ini membuat kaum buruh menjadi sadar akan situasi mereka dan semakin militant. Akhirnya tinggal dua kelas saja yang saling berhadapan: segelintir pemilik modal yang terus merasionalisasikan produksi dan massa kaum buruh yang tidak lagi dapat membeli produksi itu karena mereka terlalu miskin. Itulah saat revolusi sosialis tidak terelak lagi karena merupakan satu-satunya jawaban rasional atas situasi ini.
Mengapa Marx percaya bahwa dalam situasi ini Negara akan hilang dengan sendirinya? Menurut Marx Negara hanya dibutuhkan pada permulaan sosialisme. Sebagai langkah pertama didirikan “dictator proletariat”. Yang dimaksud dengan istilah itu, bahwa kaum buruh memastikan bahwa kaum kapitalis tidak dapat bangkit lagi. Sesudah sisa kapitalis melebur dengan buruh, masyarakat seluruhnya hanya terdiri dari buruh saja, jadi sudah tidak ada kelas-kelas yang berbeda lagi. Baru sesudah itu setiap orang dapat bekerja dengan bebas dan kreatif: “Dalam masyarakat komunis, dimana masing-masing orang tidak terbatas pada bidang kegiatan ekslusif, melainkan dapat mencapai kecakapan dalam bidang apapun juga. Masyarakat mengatur produksi umum. Itulah saat dimana Negara, alat penindas kelas atas terhadap kelas bawah, tidak diperlukan lagi karena “tidak ada lagi yang dapat ditindas”. Negara tidak dihapus, ia mati dengan sendirinya. Proses produksi dipimpin oleh persekutuan bebas semua individu.

2.4 REVOLUSI RUSIA
Revolusi Rusia merupakan sebuah gerakan yang dimotori oleh Lenin, seorang penganut ajaran Karl Marx. Nama asli dari Lenin adalah Vladimir Ilyich Ulyanov , kemudian nama samaran nya "Nikolai Lenin", dia lahir pada tahun 1870. Ayahnya seorang inspektur sekolah-sekolah di daerah Volga yang patuh terhadap negara. Namun dia mempunyai kakak yang bernama Alexander, seorang yang turut aktif dalam gerakan populis radikal, karena berkomplot untuk membunuh Tsar, kakaknya dihukum mati pada tahun 1887. Beberapa bulan kemudian Vladimir Ilyich ikut berdemonstrasi di kampus dan dikeluarkan dari universitas. Selama beberapa tahun dia mencari akal tentang jalan mana yang harus ditempuhnya, apakah jalan populis seperti kakaknya atau jalan lain. Awalnya Lenin terpengaruh oleh populisme, namun setelah mempelajari "Das Kapital" Lenin semakin cenderung ke arah Marxis. Pada umur dua puluh tiga Lenin sudah menjadi seorang Marxis yang berkobar-kobar. Bulan Desember 1895 dia ditahan oleh pemerintah Tsar karena kegiatan revolusionernya dan dijebloskan ke dalam penjara selama empat belas bulan. Sesudah itu dia dibuang ke Siberia.
Selama tiga tahun di Siberia (yang tampaknya tidak digubrisnya sebagai siksaan) dia kawin dengan wanita yang juga berfaham revolusioner dan menulis buku Pertumbuhan Kapitalisme di Rusia. Masa pembuangannya di Siberia berakhir bulan Februari 1900 dan beberapa bulan kemudian Lenin melakukan perjalanan ke Eropa Barat. Tak kurang dari tujuh belas tahun lamanya dia berkelana, menjadi seorang mahaguru revolusioner. Kemudian dia sebagai pimpinan dari Partai Bolsheviks, yaitu sebuah partai pecahan dari Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia yang terpecah menjadi dua bagian, Bolsheviks merupakan pecahan yang lebih besar di antara pecahan yang satunya.
Perang Dunia I membuka peluang besar buat Lenin. Perang ini membawa malapetaka baik militer maupun ekonomi bagi Rusia dan akibatnya menambah ketidakpuasan rakyat kepada sistem pemerintahan Tsar. Akhirnya pemerintah Tsar ini digulingkan di bulan Maret tahun 1917 dan untuk sementara waktu tampaknya Rusia dipimpin oleh sebuah pemerintah demokratis. Begitu mendengar kejatuhan Tsar, Lenin buru-buru pulang ke .Rusia dan sesampainya di negeri asalnya ia dengan cepat dapat melihat dan mengambil kesimpulan bahwa partai-partai demokratis --walau sudah mendirikan pemerintahan sementara-- tak punya daya kekuatan cukup dan kondisi ini sangat baik buat partai Komunis yang punya pegangan disiplin kuat untuk menguasai keadaan biarpun anggotanya sedikit. Karena itu Lenin mendorong kaum Bolshevik melompat kedepan mengguhngkan pemerintahan sementara dan menggantinya dengan pemerintahan Komunis. Percobaan pemberontakan di bulan Juli tidak berhasil dan memaksa Lenin menyembunyikan diri. Percobaan kedua di bulan Nopember 1917 berhasil dan Lenin menjadi kepala negara baru.
Selaku kepala pemerintahan, Lenin keras tetapi di lain pihak dia amat pragmatis. Mula-mula dia ajukan tekanan yang tak kenal kompromi adanya masa transisi singkat menuju masyarakat yang ekonominya sepenuhnya berdasar sosialisme. Ketika ini tidak jalan, dengan luwes Lenin mundur dan mengambil jalan sistem ekonomi campuran kapitalis-sosialistis. Ini berjalan di Uni Soviet selama beberapa tahun.
Di bulan Mei 1922 Lenin sakit keras sehingga antara serangan sakit itu hingga wafatnya tahun 1924 praktis Lenin tidak bisa berbuat apa-apa. Begitu wafat, jasadnya dengan cermat dibalsem dan dipelihara, dibaringkan di musoleum di Lapangan Merah hingga saat ini.

2.5 HUBUNGAN MARXISME DENGAN PEMBANGUNAN POLITIK
- Spirit yang dibangun masyarakat pada dasarnya adalah melakukan kritik terhadap kapitalisme dengan tujuan untuk menuju masyarakat yang berkeadilan social dan ekonomi
- Pada Karangan Karl Marx yaitu Das Capital jilid 1, berargumen tentang hal yang tidak mengesankan dari kapitalisme, yakni mengenai komoditas
- Kapitalisme menurut Marx adalah system sosio ekonomi yang dibangun untuk mencari keuntungan yang didapat dari proses produksi, bukan dari perdagangan, riba, memeras, atau mencari secara langsung, tetapi melalui cara mengorganisasikan mekanisme produksi secara tertentu sehingga mengurangi biaya produksi seminimal mungkin atau melalui suatu mode of production

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Marxisme adalah suatu faham dari Karl Marx yang dilatari dari konflik kelas, yaitu antara kelas borjuis dengan kelas proletar. Dimana adanya suatu eksploitasi dari kaum borjuis terhadap kaum proletar dalam suatu proses produksi sebagai akibat dari adanya sistem kapitalisme Yang kemudian menimbulkan perlawanan dan perjuangan kelas buruh melawan sistem kapitalis, dan juga untuk mewujudkan obsesi kemenangan gerakan sosialis dimana mereka menginginkan penghapusan kelas, penghapusan kepemilikan pribadi, dan perubahan kapitalisme menjadi komunisme. Marxisme ini berbasis pada ekonomi yang kemudian menciptakan supra-struktur (politik-ideologi dll)—hubungan-hubungan ekonomi menghasilkan fenomena-fenomena sosial, budaya dan politik yang meliputi semua hal termasuk diantaranya ideologi, kesadaran politik hingga budaya yang berhubungan dengan media. Ide-ide utama dalam Marxisme meliputi Eksploitasi, Alienasi, Basis dan Superstructure, Kesadaran Kelas (Class Consciousness), Ideologi, Materialisme Historis, dan Ekonomi Politik.
2. Di setiap perubahan social mesti bersifat revolusioner. Tidak ada perubahan perlahan-lahan. Selama di dalam suatu masyarakat terdiri dari kelas-kelas social yang berbeda, misal perbedaan kelas dari segi ekonomi, kelas borjuis dengan kelas proletar. Maka cepat atau lambat akan terjadi suatu perubahan secara revolusioner. Hal itu disebabkan oleh ketidakseimbangan kelas, dan juga bentuk eksploitasi oleh kaum borjuis terhadap kaum proletar, yang membuat kaum proletar tidak puas sehingga ketegangan antara kelas borjuis dengan kelas proletar pun tidak terelakan. Bila situasi sudah demikian, maka kaum proletar atau kelas pekerja melalui proses sosial tertentu akan menjadi kelas revolusioner. Mereka menjadi kelas yang menghendaki perubahan struktural, mengambil alih kekuasaan dengan paksa dan melakukan transformasi struktur sosial secara revolusioner.
3. Kapitalisme akan diakhiri oleh sebuah revolusi, revolusi oleh kaum yang tertindas yang kemudian akan menciptakan masyarakat tanpa kelas atau penghapusan atas kelas. Dimana kapitalisme itu dianggap sebagai suatu bentuk ketidakadilan, yang membuat kaum buruh semakin miskin dan menderita. Atas keadaan yang demikian kaum buruh menjadi sadar akan situasi mereka dan semakin militant. Maka revolusi sosialis lah yang menjadi satu-satunya jawaban rasional atas situasi ini. Kaum buruh bangkit, merebut pabrik dan modal dari tangan kaum kapitalis, mencampakkan mereka ke dalam kelas buruh juga dan sendiri mengorganisasikan proses produksi. Sesudah sisa kapitalis melebur dengan kaum buruh, masyarakat seluruhnya hanya terdiri dari buruh saja, jadi sudah tidak ada lagi kelas-kelas yang berbeda
4. Lenin merupakan seorang yang menganut paham dari Karl Marx. Lenin mendirikan komunisme di Rusia melalui revolusi partai yang dipimpinnya yaitu Partai Bolsheviks. Dia mempunyai peran besar atas tersebarnya komunisme di dunia. Keadaan Rusia yang awalnya tumbuh suatu kapitalisme yang kemudian terjadi revolusi kaum proletar, hal itu cocok dengan Marxisme Karl Marx dimana situasi yang sama juga terjadi pada masanya. Revolusi Rusia terjadi pada tahun 1917, setelah menggulingkan pemerintahan Tsar untuk sementara waktu tampaknya Rusia dipimpin oleh sebuah pemerintah demokratis. Partai-partai demokratis --walau sudah mendirikan pemerintahan sementara-- tak punya daya kekuatan cukup dan kondisi ini sangat baik buat partai Komunis yang punya pegangan disiplin kuat untuk menguasai keadaan biarpun anggotanya sedikit. Karena itu Lenin mendorong kaum Bolshevik melompat kedepan menggulingkan pemerintahan sementara dan menggantinya dengan pemerintahan Komunis. Percobaan pemberontakan di bulan Juli tidak berhasil dan memaksa Lenin menyembunyikan diri. Percobaan kedua di bulan Nopember 1917 berhasil dan Lenin menjadi kepala negara baru. Ciri penting dari Lenin adalah dia seorang yang cepat bertindak sehingga dialah orang yang mendirikan pemerintahan Komunis di Rusia. Dia menganut ajaran Karl Marx dan menterjemahkannya dalam bentuk tindakan politik praktis yang nyata. Sejak bulan Nopember 1917 telah terjadi ekspansi kekuatan Komunis ke seluruh dunia. Kini, sekitar sepertiga penduduk dunia menganut faham Komunis. Jelas Komunisme adalah gerakan besar yang punya arti penting sejarah. Tidaklah jelas benar siapakah yang bisa dianggap paling berpengaruh dalam gerakan ini, Marx atau Lenin. Marx punya arti lebih penting karena dia mendahului dan mempengaruhi Lenin. Tetapi masih bisa dibantah anggapan ini karena kemampuan politik praktis Lenin merupakan faktor yang amat ruwet dalam hal mendirikan Komunisme di Rusia. Tanpa peranan Lenin, Komunis rasanya mesti menunggu bertahun-tahun untuk punya kesempatan memegang kekuasaan dan akan menghadapi perlawanan yang lebih terorganisir. Karena itu, bukan mustahil tidak bisa berhasil.
5. Hubungan antara Marxisme dengan Pembangunan Politik yaitu spirit yang dibangun masyarakat pada dasarnya adalah melakukan kritik terhadap kapitalisme dengan tujuan untuk menuju masyarakat yang berkeadilan sosial dan ekonomi

DAFTAR PUSTAKA


 http://media.isnet.org/iptek/100/index.html
 Julian. 2000. Karl Marx Aku Bukan Marxis. Jakarta: Teplok Press
 Suhelmi, Ahmad. 1999. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Darul Falah
 Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Politik. Jakarta: PT. Gramedia
 Suseno, Franz Magnis. 1999. Pemikiran Karl Marx, dari Sosiaisme Utopis ke Perselisihan Revisiosme. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar