Kamis, 12 Agustus 2010

Politik & Hukum Agraria

Politik & Hukum Agraria

Filsafat Tanah

Filsafat = Ilmu bagaimana mencari kebenaran. Dalam ajaran agama kita filsafat itu disebut tasawuf. Filsafat tanah =suatu dalil yang tidak dapat dibantahkan.

Pandangan filsafat tanah :

- Tanah adalah sumber hidup bagi manusia. Selama hayatnya manusia, tanah manapun di dunia ini dibutuhkan karena di atas tanah inilah dapat dikatakan hampir semua kegiatan manusia dilakukan (lahir, berjalan, berkembang biak dan mati)

- Begitu kuat dan eratnya hubungan manusia dan tanah, maka paham filsafat tanah apabila manusia tidak mempunyai tanah ia dianggap tidak sempurna. Sebab tanah merupakan urat nadi dalam kehidupan manusia

- Pandangan agama Islam tentang tanah, bahwa nabi Adam diciptakan Tuhan dari tanah, maka secara hakiki asal kejadian manusia (Adam) berasal dari tanah kemudian akan kembali pada tanah pula. Tanah atau bumi adalah medan bagi kegiatan manusia dalam memenuhi panggilan dan kepercayaan Tuhan kepada khalifah di bumi ini. Oleh karena itu tugas manusia di bumi ini adalah iman dan perbuatan. Perbuatan yang baik (amal saleh) berarti membangun di bumi dan perbuatan buruk berarti merusak tanah dengan segala isinya.

Terciptanya Adam bagi Tuhan di alam ini mempunyai dua tugas yakni:

1. Memperbanyak manusia – perkawinan

2. Memakmurkan bumi – kebahagiaan

- Sedemikian besarnya kebutuhan manusia akan tanah, sampai-sampai orang tidak segan untuk menumpahkan darah, mengorbankan jiwanya untuk memperoleh serta mempertahankan sebidang tanah. Untuk mempertahankan sejengkal tanah tidak segan dan tidak takut untuk mengorbankan nyawa. Tanah merupakan harga diri yang akan dibela mati-matian dengan seluruh jiwa raga. Bersifat sakral

- Tanah bersifat magic religius = 1. Berburu, berkebun, mendirikan kamp 2. Tempat tinggal, tempat usaha memberi makan, sumber hidup bagi pohon, binatang, sungai dan manusia 3. Tempat makan, tempat roh halus, harga diri

- Hal ini berlaku bagi siapa saja, bahwa setiap ingin mendominasi tanah akan dimusuhi

- Perkembangan zaman yang semakin melaju, terlebih di masa pembangunan saat ini, tampaknya tanah semakin dibutuhkan entah sebagai faktor produksi atau sebagai ruang tempat usaha atau pemukiman. Permasalahan tanah teramat luas dan menyangkut atau merambah banyak segi kehidupan manusia dalam masyarakat

- Masalah tanah adalah sangat aktual bagi manusia dimna saja. Terutama dalam masa pembangunan, secara hipotesis dapatlah dikatakan bahwa tanah adalah faktor penting yang berpengaruh atas jalannya pembangunan

- Timbulnya konflik pertanahan dewasa ini, bila dicermati modus operandinya bukan disebabkan tidak adanya peraturan per UU nya yang memadai, bukan tidak adanya manusia yang mampu melaksanakannya melainkan karena kurangnya menguasai dan menghayati bidang agraria

- Oleh sebab itu semua pihak dalam hal ini, sudah saatnya kebijakan pertanahan dikaji ulang apakah sudah mengacu pada UUPA? Selain itu apakah pelaksanaan sesuai? Serta diberi latar belakang sikap politik yang lebih tegas kemana mau dibawa...

Minggu, 08 Agustus 2010

TIPS & TRIK MENULIS ARTIKEL


TIPS & TRIK MENULIS ARTIKEL

APA ITU ARTIKEL???

Artikel adalah tulisan yang mengembangkan gagasan yang inti persoalannya diangkat dari realitas atau referensi tertentu dengan fakta yang kemudian dianalisis dan didialektikakan berdasarkan kaidah bahasa populer dimana gagasan tersebut ditransformasikan kepada pembaca melalui media cetak, seperti koran atau majalah.

UNGKAPAN IDE

Pada dasarnya sebuah tulisan itu merupakan ungkapan ide atau gagasan yang dituangkan ke dalam bentuk untaian kata, kalimat dan paragraf, yang dikemas berdasarkan kerangka berfikir dan analisis tertentu, dengan gaya bahasa yang mudah dipahami.

Ide dasar tersebut bisa berasal dari pengalaman, fenomena yang muncul dalam kehidupan, lingkungan, dari buku atau sumber bacaan lainnya, atau dari hasil perenungan sendiri. Baru kemudian disimpulkan, apakah masalah itu penting untuk dikemukakan.

Sebagai penulis kita harus menguasai peta persoalan yang akan dikemukakan itu, termasuk apakah bahan dan data pendukung sudah kita miliki? Dan sisi mana persoalan yang kita angkat akan kita lihat?

Setelah menemukan pokok permasalahannya, kemudian dianalisis berdasarkan kerangka tertentu, baik menggunakan kerangka berpikir induksi atau deduksi. Dari persoalan yang bersifat umum ke yang khusus, atau sebaliknya dari yang bersifat khusus ke yang umum.

Dalam model penulisannya, biasanya dikenal ada tiga macam model penulisan, yakni tulisan berbentuk naratif, deskriptif, dan model argumentatif.

Model Naratif

Yaitu model penulisan yang berbentuk cerita (narasi). Penulis mengungkapkan ide atau gagasan ke dalam bentuk cerita. Contoh: Rona di mukanya kembali memerah, agak samar, gerahamnya terdengar bergeretak. Sorot matanya bak pedang siap mencincang.

Model Deskriptif

Yaitu model tulisan yang dituangkan dengan cara menerangkan (menggambarkan). Contoh: Mobil baru itu memiliki tingkat kenyamanan setara dengan sedan walau ia digerakkan oleh lempengan logam yang berfungsi menjaring energi matahari. Selain itu, mobil yang satu ini pun sangat ramah terhadap lingkungan. Tampaknya, ia akan menjadi jenis kendaraan alternatif di masa datang.

Model Argumentatif

Yaitu model penulisan yang menyatakan ide atau gagasan berdasarkan alasan-alasan rasional yang dapat dipertanggung jawabkan. Ada alasan yang berupa fakta, bukti, dalil, teori, pemikiran atau data statistik. Contoh: Berdasarkan hasil riset yang dilakukan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat di Jakarta, ternyata tingkat penyebaran penyalahgunaan narkoba justru terjadi karena adanya “kongkalikong” antara bandar besar dengan beberapa oknum aparat penegak hukum. Jadi, walaupun pengedar narkoba “kelas teri” terus ditangkap, selama bandar besarnya kebal hukum maka peredaran narkotika akan tetap berlangsung.

Dalam dunia artikel tidak ada patokan yang baku terutama menyangkut gaya penulisan sebab masing-masing penulis tentunya memiliki gaya, ciri, dan karakter tertentu dalam proses kreatif menulis. Hanya saja secara substansif ada empat pokok penting yang perlu diketahui ketika hendak menulis artikel.

Pertama, sumber-sumber subyek persoalan. Persoalan apa yang menjadi perhatian publik, itulah yang harus kita tangkap terlebih dahulu. Baru kemudian dari sudut pandang mana kita akan melihatnya.

Kedua, ide-ide segar dan normatif. Ide dalam hal apapun, termasuk dalam hal menulis merupakan hal yang sangat penting. Baik mengenai ide dalam hal mengolah kata-kata, seperti menciptakan istilah-istilah baru yang tidak bertentangan dengan kaidah bahasa. Atau ide dalam hal memaknai sesuatu yang dapat dijadikan solusi alternatif bagi kepentingan publik, atau sebaliknya. Itulah sebabnya, ide seringkali memiliki nilai informasi yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca

Ketiga, fakta yang bisa dipercaya dan aktual. Mengenai fakta, penulis tidak boleh terjebak kepada isu, rumor, atau fakta yang sulit dilacak otentisitasnya. Kalau dalam tulisan akan disajikan sejumlah fakta, maka terlebih dahulu kita harus “yakin” bahwa fakta tersebut benar adanya.

Keempat, gaya penulisan yang memikat.Tidak ada rumusan baku, seperti apa gaya penulisan yang memikat itu? Sebab setiap penulis tentu memiliki gaya tersendiri, bahkan setiap penerbit pun memiliki apa yang disebut gaya selingkung atau ciri yang menjadi salah satu identitas sebuah penerbitan, entah koran atau majalah

Awalnya boleh jadi seorang calon penulis meniru gaya penulisan yang dikaguminya. Proses imitasi ini merupakan bagian dari proses “menjadi” yang tidak salah untuk dilalui, namun pada akhirnya orang harus meninggalkan bayang-bayang kebesaran penulis pujaannya. Seorang penulis harus menjadi dirinya sendiri.

Sebelum seorang penulis menulis sebuah persoalan maka terlebih dahulu harus menentukan dan menelaah tema yang hendak diangkat. Kemudian menguji terlebih dahulu kelayakan pokok bahasan, lalu mengumpulkan bahan, fakta dan data pendukung, dan akhirnya menuangkannya dalam sebuah tulisan.

Sebuah tulisan harus ditulis secara obyektif, sementara tentu saja pemahaman subyektif menjadi sulit dienyahkan karena bagaimana pun, ketika seorang penulis membuat sebuah artikel maka ada semacam subyektifisme yang akan ikut tertuangkan dalam tulisan. Tingkat peran serta subyektivisme seorang penulis di dalam tulisannya harus dieleminir sedemikian rupa sehingga tidak terjebak kepada “benar menurut sendiri”.

Strategi untuk mengatasi hal itu adalah : Subyektivisme penulis harus diarahkan kepada persoalan teknis dalam penyajian, keterampilan mengolah kata dan menggugah pembaca. Sementara topik bahasan tetap harus mengedepankan nilai-nilai obyektivisme.

Jika hal itu dapat dipahami maka sesungguhnya paradoks antara obyektivitas dan subyetivitas dalam proses menuangkan ide atau gagasan ke dalam bentuk artikel, tidak menjadi sebuah persoalan.

Langkah2 berikut akan memendu anda untuk menuangkan ide dan gagasan ke dalam bentuk sebuah tulisan :

LANGKAH KE-1:

Meracik Judul

Meracik judul; sering kita temui sebuah problematika: Sebuah tulisan selesai dibuat namun kerapkali seorang penulis kesulitan membuat judul. Artinya, tidak jarang judul dibuat setelah sebuah tulisan selesai dibuat. Atau sebaliknya, judulnya sudah ada namun “mentok” tidak bisa menjabarkannya.

Sebagai bagian dari sebuah proses hal itu memeng lazim terjadi. Karena itulah, keterampilan meracik judul merupakan salah satu tuntutan yang harus dikuasai oleh seorang calon penulis. Sebab, judul, untuk sebuah tulisan, merupakan hal pertama yang akan dibaca. Maka demikian, harus terus dipupuk keterampilan ini dengan cara melatih diri membuat judul. Jadi, dibutuhkan keseriusan dari setiap calon penulis untuk melatih diri membuat judul sebelum akhirnya sang calon penulis memahami dan menemukan arti penting sebuah judul bagi sebuah tulisan. Dalam sebuah proses membuat sebuah tulisan,judul sebenarnya menjadi semacam sentra pemandu bagi penulis maupun bagi para calon pembaca.judul,dengan demikian,menjadi penting bagi penulis agar fokus perhatianya tidak mermbat kemana mana.judul harus menjadi bagian pertama yang berfungsi sebagai”pemancing’ (berdaya-pikat) bagi calon pembaca.judul harus menggambarkan (mewakili)kesungguhan sebuah tulisan.kerna judul merupakan etalase pertama untuk sebuah tulisan maka sekali lagi judul harus dapat menjadi magnet atau memiliki daya gubah bagi setiap calon pembaca. Berhubung judul merupakan bagian integral dari sebuah tulisan maka kita pun harus paham bahwa tulisan harus memiliki “ jiwa” atau memiliki kekuatan. Tulisan tanpa jiwa ibarat manusia tanpa ruh. Judul juga bermacam2 jenisnya. Ada jenis pertanyaan, pernyataan, sindiran, hipotesis, personifikasi,bahkan ada yang jenisnya masuk kategori sarkasme atau provokatif.

Tips Membuat Judul

Beberapa butir pemikiran (sebagai tip membuat judul) yang kiranya dapat dikemukakan, diantaranya adalah:

1. Rajin membaca setiap judul artikel yang ada pada setiap koran atau majalah.

Setiap calon penulis harus memosisikan dirinya sebagai “gudang”. Gudang itu terbagi menjadi empat bagian (untuk “ menyimpan” judul, intro, tubuh, dan ending tulisan).

2. Mempelajari judul2 tersebutt secara seksama hingga ketemu kelebihan setiap judul dimaksud.

Kuncinya adalah anda harus memahirkan kemampuan “meramu” setiap kata yang ada sehingga anda dapat melahirkan sebuah judul yang memiliki kelebihan sebagaimana penulis lain pun bisa membuat jidul yang menarik.

3. Judul tidak lebih dari 7 kata (berbeda dengan judul untuk makalah, skripsi,thesis atau disertasi).

Judul untuk artikel, sama sekali berbeda dengan judul makalah, skripsi, thesis, disertasi. Judul untuk artikel bisa satu variabel, bisa lebih. Tapi usahakan untuk tidak lebih dari 7 kata.

4. Judul dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menggugah minat calon pembaca.

Guna membantu calin penulis agar mahir membuat judul yang baik, ada baiknya Anda ‘mengoleksi” setiap judul yang dianggap baik.

5. Judul bisa lahir setelah kita membaca, mendengar, atau melihat sebuah fenomena.

6. Judul dapat dengan bebas kita buat. Bisa berupa pertanyaan, pernyataan, kutipan, sindiran,dll.

Persoalan kehidupan, kemanusiaan, demokrasi, filsafat, adalah beberapa contoh persoalan yang selalu dapat direaktualisasikan.

LANGKAH KE-2:

Meramu Intro

Meramu Intro; Intro atau Lead atau alinea pertama atau paragraf pertama dalam sebuah tulisan, merupakan bagian yang biasanya paling sering dibaca setelah judul. Itilah sebabnya mengapa kemampuan meramu intro dalam sebuah tulisan demikian penting. Dengan demikian,judul bisa diibaratkan sebagai sebuah pintu gerbang sedangkan intro adalah halaman depan rumah. Kemahiran seseoarang membuat intro salah satunya ditentukan oleh beberapa sering sang penulis melakukan “penelitian” terhadap intro2 tulisan orang lain. Dan untuk itu, membaca, adalah kuncinya.

Macam intro (bahkan untuk alinea2 berikutnya) yang lazim digunakan adalah:

1. Intro Deduktif

Lazimnya,kalimat utama yang biasanya merupakan pernyataan umum atau kesimpulandi tempatkan pada awal alinea.kalimat berikutnya merupakan penjelasan atau penjabaran dari kalimat pokok.

2. Intro Induktif

Lazimnya,kalimat pokok atau kesimpulan ditempatkan pada akhir alinea,dengan demikian kalimat yang merupakan penjelasan atau penjabaran pokok masalah ditempatkan pada awal alinea.

3. Intro Induktif-Deduktif

Kalimat utama ditetapkan pada awal juga akhir alinea.kalimat pokok pada akhir alinea merupakan pengulangan kalimat utama pada awal alinea.hal ini di maksudkan untuk mempertegas pernyataan,namun kata-kata pada kedua kalimat utama itu bisa saja berbeda.

4. Intro Ringkasan

Biasanya intro seperti ini berisi semacam ringkasan dari tulisan yang hendak ditulis dan dikembangkan.Keuntungan dari introsemacam ini adalah memberi kesempatan pada pembaca untuk mengetahui terlebih dahulu persoalan yang diangkat dalam tulisa.jadi,kalau toh sang pembaca tidak meneruskan membacanya,ia cukup mendapatkan mpormasi yang dibutuhkanya.

5. Intro Deskriftif

Merupakan jenis intro yang mencoba menggambarkan sebuah persoalan secara rinci.Kelemahanya,apabila intro tidak di baca secara tuntas maka gambaran apa yang sesungguhnya diberikan oleh penulis sulit untuk di tangkap oleh pembaca.

6. Intro Kutipan

Kalimat utama yang dijadikan fokus dalam jenis intro ini adalah pendapat yang disampaikan oleh orang atau kelompok tertentu.jadi,pendapat orang kita kutif untuk kemudian dijadikan titik pijak guna mengembangkan tulisan berikutnya.

7. Intro Naratif

Jenis intro ini menggunakan gaya “menceritakan” sebuah keadaan atau konflik tertentu secara mengajak pembaca “masuk” dan menjadi bagian dari keadaan atau konflik tersebut.

8. Intro Pertanyaan

Kalimat utama yang dijadikan bahan dasar bagi intro seperti ini adalah sejumlah pertanyaan,yang bisa jadi sebelumnya merupakan persoalan yang ditanyakan oleh penulisnya sendiri.

9. Intro Rematik

Kalimat utama yang digunakan dalam intro ini adalah upaya penulis untuk memantik para pambaca sehingga para pembaca merasa tergoda pikirannya serta selanjutnya menjadi penasaran akan tulisan yang anda buat,sehingga secara suka rela berkenan membaca tulisan yang anda sajikan.

Dilihat dari segi pengembangannya, maka intro dapat dibedakan atas beberapa macam:

1. Proses kronologis

Pengembangan alinea ini menggunakan logika proses kronologis. Struktur bahasanya disusun secara sistematis sehingga terlihat jelas perbedaan antara satu fase kefase berikutnya, antara satu tahun ketahun berikutnya.

Contoh: Setelah orde lama (Orla) dianggap gagal mengatasi persoalan bangsa,kemudian bangkit sebuah kekuatan baru yang di kenal dengan orde baru (Orba) yang berencana merevisi segala bentuk penyimpangan dan penyelewengan yang pernah dilakukan orla.tetapi kemudian sejarah mencatat pemerintah orba pun perangai kekuasaanya tidak berbeda dengan orde lama sampai akhirnya muncul orde revormasi.kemudian masyarakat cerdik pandai menganggap bahba orde reformasi ini di anggap mandeg.pertanyaannya,quo vadis negri ini?

2. Memunculkan Cotoh

Jenis alinea ini biasanya ditandai oleh kalimat pokok yang dilanjutkan dengan penjelasan yang berupa contoh.

Contoh:sulit kita pungkiri apabila ada orang yang berpendapat bahwa keadilan belum juga tegak di negri ini.contoh yang paling aktual adalah belum adanya keberanian dari penegak hukum untuk mengadili para koruptor yang nyata-nyata telah merugikan uang negara yang nota bene uang rakyat.

3. Memunculkan analogi

Alinea ini berisi bperbandingan antara penjelasan kalimat utama dengan hal ini yang mempunyai sifat atau pola yang sama.

Contoh:Apabila kita sepakat bahwa tegaknya sebuah rumah karna kuatnya struktur pondasi,maka tidak salah apabila kita sepakat bahwa tegaknya sebuah bangsa karena kuatnya moral para pejabat dan raknyatnya.

4. Dengan Pertanyaana

Lazimny lagi jenis alinea ini di buat untuk menarik minat pembaca secara relatif cepat.sebab dengan cara memunculkan pertanyaan biasanya pembaca menjadi tertarik untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Contoh: Apa yang bisa kita harapkan dari orde reformasi apabila sistem dan budaya orde baru masih tetap dipelihara?Adakah celah dan upaya agar negara ini bangkit lagi?

5. Dengan pernyataan

Jenis alinea ini ditandai oleh kalimat utama berupa pertanyaan yang dikutip dari seseorang atau sumber tertentu dengan mencantumkan sumber, dari mana pernyataan yang kita patik itu berasal.

Contoh: Entah kita merasa bangga atau sebaliknya tatkala negeri ini dianggap sebagai negeri terkorup ketiga di dunia (sebutkan sumbernya, misalnya, kompas, 25/2/1997).

6. Rangkaian Sebab-Akibat

Pengembangan alinea dapat dilakukan dengan menyatakan kalimat demi kalimat yang memiliki hubungan sebab akibat.

Contoh: Gunung gundul, banjir di mana2. Ini bukan kutukan. Ini merupakan akibat saja dari beberapa sebab yang dibuat manusia.

7. Dengan Repetisi

Jenis alinea ini menjelaskan suatu hal dengan menyebutkan kata yang dianggap penting pada kalimat lain.

Contoh: Dekadensi moral melanda siswa-siswi SLTA dan SLTP Bahkan beberapa hasil penelitian dijogjakarta, Medan, jakarta menunjukan bahwa seks bebas dan narkoba telah melanda mereka. Inilah salah satu bentuk dekadensi moral yang sangat memprihatinkan sekaligus membutuhkan jurus penanganan yang serius dari semua pihak.

Tip Membuat Intro

Ada pun tip membuat intro dalam buku ini merupakan semacam panduan (Khususnya bagi penulis pemula) yang diharapkan dapat “ menggiring” Anda sampai pada tahapan mampu membuat intro yang baik dan menarik. Intro yang baik belum tentu menarik namun biasanya, intro yang menarik bisa dikatakan cukup baik dalam memenuhi kaidah bahasa. Tips dalam membuat intro:

1. Baca dan simak setiap intro dari tulisan2 orang lain. Ada baiknya anda “menemukan dulu” tipikal penulis yang anda kagumi. Tapi perlu dicatat, kekaguman anda itu harus berdasarkan alasan2 logis. Yang patut anda kagumi adalah isi dan cara penyajiannya, bukan pada sosok orangnya.

2. Pelejari dengan saksama setiap intro yang anda baca sampai kemudian anda menemukan kelebihan yang ada dalam setiap intro dimaksud. Sambil membaca intro2 dari tulisan orang lain, pada saat yang bersamaan anda harus dapat menemukan makna dari tiap2 intro tersebut.Aneka jenis atau ragam intro juga harus ada ketemukan. Hal ini penting dilakukan untuk menuntun anda mengetahui jenis dan perbedaan dari jenis2 intro.

3. Jenis intro beraneka ragam : Bisa kutipan, peryataan, pertanyaan, sebuah persetujuan, atau bahkan sebuah bantahan, dll. Jenis intro kutipan (persis sebagaimana aslinya), misalnya, biasanya diapit oleh tanda petik(“....”) dengan mencantumkan sumber rujukannya. Namun kalau kutipannya berupa hasil persepsi kita terhadap sebuah pendapat orang lain maka tidak perlu menggunakan tanda petik, melainkan cukup menyebutkan sumber kutipannya saja.

4. Sebuah intro lebih baik dibuat tidak lebih dari 60 kata. Pembatasan (tidak lebih dari 60 kata) adlah dimaksudkan agar tidak bertele2.Bahkan dalam konteks yang agak jauh, hal ini ada kaitannya dengan space yang disediakan oleh masing2 media massa.

Contoh intro: Analisis Gabriel A Almond dan G Bingham Powel, Jr, tampaknya harus kita telaah kembali. Kedua pakar politik itu berpendapat bahwa pembangunan berakhir ketika struktur dan budaya sistem politik tidak mampu mengatasi masalah atau tantangan yang dihadapinya. Persoalannya adalah, ketika terjadi reaksi penolakan sosial dan kritik terhadap pembangunan namun tetap saja tidak melahirkan perubahan mendasar, apakah hal ini pertanda pembangunan telah berakhir?

LANGKAH KE-3

Mengelola Tubuh

Tubuh sebuah tulisan merupakan penjabaran atas apa yang tersurat (atau bahkan yang tersirat) dari judul dan intro.

Ada skema yang akan membantu anda agar tetap fokus pada persoalan: gunakanlah pohon faktor! Seperti pada tema sentral kemudian “dipecah” menjadi beberapa tema. Dan tema sendiri kemudian “dipecah lagi” menjadi beberapa subtema. Begitu seterusnya, sehingga kalau digambarkan tampak seperti gambar pohon faktor. Beberapa tema dan subtema ini kemudian akan memandu atau membantu anda dalam membuat untaian kalimat kedalam paragraf. Penggunaan istilah, analogi, gaya bahasa, patut untuk digunakan sebagai salah satu cara menghidupkan tulisan. Tubuh tulisan yang terdiri dari gabungan beberapa paragraf dimana masing2 paragraf berisi sebuah tema (atau subtema) bahasan, hanya akan menjadi utuh manakala penulisnya memiliki pengetahuan yang luas dengan ragam khazanah informasi. Tanpa referensi yang memadai, sebuah tubuh tulisan akan sulit dibuat. Itulah sebabnya, bukan saja sipenulis harus menguasai betul persoalan yang ditulisnya, tetapi juga harus didukung oleh berbagai cakrawala pengetahuan dan informasi yang bisa dijadikan referensi guna menghidupkan sebuah tulisan.

Tip Membuat Tubuh

Membuat tulisan untuk media massa (cetak) berbeda dengan membuat tulisan untuk keperluan lain, terutama karena tulisan untuk media cetak dibatasi oleh space atau halaman yang terbatas, selain gaya bahasanya yang relatif lebih populer (tidak terlalu ilmiah-akademis). Teknit menulis artikel berbeda dengan teknik menulis skripsi, thesis, atau disertasi.

Sebagai alternatif bekal dalam memahami dan belajar menulis, tidak ada salahnya anda memaknai hal-hal di bawah ini:

1. Mendahulukan persoalan yang paling penting yang sekiranya patut diketahui oleh khalayak pembaca. Dari sekian banyak variabel persoalan yang hendak anda angkat ke dalam bentuk tulisan maka terlebih dahulu anda harus mengerti betul, persoalan mana saja yang sesungguhnya harus diutamakan,jadi harus ada urutan skala prioritas.

2. Menggunakan EYD yang baik dan benar. Patut kita ketahui bahwa apapun bahasa yang digunakan, tentu ada yang disebut kaidah bahasa, ada aturan atau norma bahasa yang harus diperhatikan.

3. Tidak berbelit2, tidak mengulang-ulang kata atau kalimat. Membuat tulisan tidak berbelit-belit memang tidak gampang Namun, hal ini dapat diatasi dengan membuat struktur atau anatomi tulisan. Untuk membantunya,gunakan pohon faktor.misal,ketika anda hendak membuat tulisan soal manfaat vitamin E,maka anda harus membuat atau mengurangi apa yang akan ditulis kedalam bentuk anatomi atau struktur.Mulai dari apa itu vitamin E,terdapat dalam apa saja,apa manfaat vitamin,dst.dari situ kemudian anda bisa berdialektika agar tulisan itu menjadi berkembang dan menarik.

4. Tidak mengulang-ulang kosa kata.Untuk membantunya anda layak memiliki berbagai kamus populer atau kamus istilah,dsb.

5. Argumentatik.Seorang penulis yang baik tentu tidak akan sembarang menulis.Jika anda akan mengatakan sesuatu maka harus ada argumentasi yang menyertainya, ada alasan-alasan logis yang mendukung setiap pernyataan yang hendak anda tuangkan kedalam tulisan.

6. Obvektivitas. Obyetivitas sebuah tulisan memang harus diutamakan.Sebuah tulisan yang baik pada dasarnya adalah tulisan yang dibuat secara seimbang,tidak memihak (kecuali kepada norma/moralitas dan mentalitas semata)serta tidak diintervensi oleh ego penulisnya (alias tidak subyektif).

7. Mencantumkan sumber kutipan (jika ada).jangan sekali-kali menjadi plagiator atau mengutip pendapat orang lain namun diakui sebagai pendapat dirinya.Anda harus jujur mengatakan sesuatu berdasarkan sumber-sumber otentik yang dapat dipertanggung jawabkan,bai k secara intelektual,moral,atau secara sosial.

8. Panjang sebuah tubuh tulisan lebih baik tidak lebih dari enam halaman (tidak kurang dari 4 halaman)kurto spasi rangkap.Hal ini berkaitan dengan luas ruang halaman (space)yang disediakan oleh masing-masing media cetak.

LANGKAH KE-4

Menggagas Ending

Sebuah tulisan memang harus?ditutup?sememikat mungkin.Artinya,anda harus tahu betul kapan sesungguhnya sebuah tulisan harus diakhirin.

Sebuah ending bisa dimanfaatkan sebagai moment untuk menggugah ingatan para pembaca akan pernyataan yang kita buat sehingga setiap pembaca menjadi tahu bahwa gagasan,pernyataan,atau hipotesis itu merupakan buah pikiran kita selaku penulis.Dalam bahasa lain,ending atau penutuptulisan sebenarnya tidak berarti’penutup’sehingga akan terasa “menuju jalan buntu”.Penutup disini lebih berkonotasi sebagai semacam catatan khusus seperti seseorang yang hendak pamit.

Tip Membuat Ending

Berikut ini,ada beberapa tip yang kiranya bisa mempermudah anda untuk belajar membuat ending.

1. Memahami betul tentang sebuah tulisan harus diakhiri.Hal ini begantung kepada kepekaan anda ketika menyusun sebuah tulisan sebab pada dasarnya Anda sendirilah yang menulis,jadi Anda juga yang harus bisa “mengakhiri” sebuah tulisan karena – sebelumnya – Anda juga yang “memulai “sebuah tulisan.

2. Gunakan kalimat yang dapat membuat pembaca menjadi “ menemukan “ sesuatu setelah membaca tulasan anda.Tulisan yang baik adalah tulisan yang memiliki “ nilai “ yang bermanfaat bagi para pembaca sehingga para pembaca merasa “ diingatkan ulang “ ,” dibangunkan lagi”, “ dinylakan lagi semangat pengetahuannya “.

3. Hindari (jangan!) menggunakan kalimat kesimpulan yang mutlak.dalam hal ini,penulis bukanlah seorang hakim.Apapun keyakinan dan pedoman penulis, harus dikemas menggunakan bahasa yang lentur dan sekiranya bisa diterima oleh berbagai kalangan pembaca. Tidak serampangan menuduh orang,dan tidak membuat kesimpulan-kesimpulan yang menghakimi seseorang atau sebuah lembaga.

4. Sebuah ending hendaknya dibuat tidak lebih dari 60 kata.Sebuah ending hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga setiap pembaca merasa puas (karena mendapatkan “sesuatu”) dari tulisan yang anda buat.

Simak dua contoh penutup/ending tulisan di bawah ini !

1. Pada akhirnya, pilihan akan berpulang kepada kita semua. Apakah kita akan tetap membiarkan negara ini menjadi tercarai-berai atau tidak?

2. Setidaknya, itulah benang merah yang bisa melahirkan optimisme bagi rehabilitasi rasa memiliki negara ini, yang kiranya dapat kita jadikan bahan awal dalam melakukan perubahan mendasar, demi kepentingan tegaknya negara ini. Pemerintah boleh runtuh tapi negara harus ttap utuh.

LANGKAH KE-5

Editing

Editing atau dalam istilah lain penyuntingan, merupakan sebuah proses yang seyogiyanya dikuasai oleh seorang (calon) penulis. Bisa dikatakan bahwa editing merupakan proses penyempurnaan dari sebuah naskah tulisan, baik dari sisi teknis maupun nonteknis.

Menyunting bisa diartikan sebagaib proses yang dimulai dari menyiapkan naskah hingga siap cetak dengan berpedoman kepada sistematika penyajian, menyangkut isi materi, dan kaidah bahasa, termasuk persoalan ejaan, diksi, dan struktur.

Dalam proses penyuntingan yang harus diutamakan adalah:

1. Penyuntingan esensi (content) tulisan.

Penyuntingan esensi ini menyangkut: kedlaman makna dan obyektivitas isi sebuah tulisan. Apakah esensi tulisan yang sudah dibuat memang memiliki makna yang bisa bermanfaat (ada hal-hal baru) yang patut diketahui para pembaca atau sebaliknya? Isi tulisan harus tidak berpihak alias obyektif rasional dan argumentatif. Masyarakat awam lebih membutuhkan jenis informasi atau pengetahuan yang bersifat praktis dan memiliki kadar solusi bagi kehidupan pembaca. Yang tidak kalah pentingnya dalam penyuntingan adalah jangan menggunakan kata yang mengandung arti ganda, tidak menghina siapa pun serta tidak menulis hal-hal yang memuakkan (bad taste).

2. Penyuntingan teknis

Penyuntingan seperti teknis ini menyangkut: Apakah bahasa yang digunakan bisa “sampai” kepada pembaca atau tidak? Apakah sistematika tulisan sudah sesuai dengan kaidah atau standar bahasa indonesia yang baik? Apakah secara keseluruhan naskah tulisan sudah menjadi satu kesatuan yang utuh atau tidak?

Logika paragraf yang digunakan, apakah sudah memenuhi kaidah SPOK (Subjek, Predikat, Obyek), Penggunaan tanda baca yang tepat,dsb. Logika dn bahasa dan alur narasi yang dibuat sudah pada tempatnya atau belum? Perhatikan dengan seksama, apakah ada salah mengetik huruf atau tidak, salah mengetik tanda baca atau tidak? Salah menulis nama orang, nama tempat, atau tidak? Dan seterusnya.

LANGKAH KE-6

Mengirimkan tulisan

Apabila kita hendak mengirimkan sebuah naskah tulisan kepada sebuah media massa, maka yang harus diperhatikan adalah:

1. Kenali karakter (gaya) penulisan media massa yang hendak kita kirimi tulisan. Hal ini penting diketahui agar tulisan yang kita kirimkan tidak salah sasaran.Terutama karena masing2 media cetak biasanya memiliki gaya selingkung yang berlainan.

2. Kenali segmentasi pasar media massa tadi. Hal ini lebih dikarenakan bahwa masing2 media massa (cetak) memiliki target market tertentu.Artikel yang mengangkat tema, remaja lebih baik dikirimkan kepada media yang memang sekmen pasalnya para remaja. Begutu juga dengan artikel dengan tema politik, ekonomi, budaya,hukum,kriminal,seyogianya dikirimkan kepada media massa yang sesuai dengan orientasi pasarnya.

3. Usuhakan tahu nama penanggung jawab rubriknya agar lebih mudah kepada siapa artikel yang kita buat ditunjukkan. Kalau tidak diketahui siapa redaktor atau penanggung jawab rubriknya,maka yang penting tercantum pada amplop adalah: tulisan yang kita buat ditunjukkan untuk rubrik apa.

4. Cantumkan nama rubrik disudut kiri atas amplop. Jangan lupa tulis nama pengirim danj alamat yang jelas.

5. Jangan lupa pula menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada desk /redaktur yang tepat ( contoh surat pengantar, terlampir).

6. Sertakan pula copi kartu identitas diri.

Tulisan yang baik adalah....

Parameter untuk tulisan yang baik yang penulis maksudkan adalah beberapa indikasi kelayakan sebuah tulisan untuk diterbitkan, baik oleh majalah atau oleh koran. Beberapa parameter yang dimaksud dengan tulisan yang baik, diantaranya:

1. Mengandung unsur baru,atau ada sisi lain yang bisa dikemukakan.

Yang dimaksud dengan “ mengandung unsur baru” adalah sebuah tulisan harus sedapat mungkin mengangkat hal-hal yang baru,baik yang menyangkut konsepsi,teori,atu perkembangan terbaru yang sedang trend.atau ada sisi lain,baik itu cara pandang alternatif,hasil olah dialetika alternatif, atau bisa juga mengungkapkan hal-hal yang klasik tetapi dengan cara pandang yang berbeda.Hal-hal atau unsur baru ini ,dapat diketemukan manakala kita dapat menggali ide. Ide hanya mungkin bisa digali apabila kita memiliki sejumlah referensi, baik teori atau temuan terhadap sebuah kasus atau persoalan. Baru nkemudian kita membidik persoalan itu secara fokus dengan cara pandang tertentu.

2. Kalau mungkin persoalan yang diangkat adalah hal yang aktual ( bisa reaktualisasi ). Persoalan yang aktual adalah masalah yang sedang ramai dibicarakan secara luas. Namun hal yang aktual ini tidak bersifat mutlak sebab ada hal-hal klasik yang sebenarnya bisa direaktualisasikan. Tinggal sekarang, dari sudut mana kita mengangkat sebuah kasus atatu fenomena, akan turut menentukan seberapa menari sebuah tulisan dibuat. Ibarat kita melihat sebuah mobil, ketika orang ribut soal trend modifkasi, maka kita juga bisa menulis persoalan mobil yang sama namun dari sisi yang berbeda. Sebagai misal, kita bisa lebih menyoroti mobil tersebut dari sisi karoseri, tahun pembuatan, dst. Atau ibarat menggambar sebuah obyek. Kalau masyarakat sedang menyenangi gambar harimau yang sedang marah, maka sedapat mungkin kita harus menggambar harimau yang sedang marah.

3. Tidak bersifat menggurui, tidak bertele-tele

Kelemahan dari banyak penulis pemula adalah adanya pemnculan ego dari si penulis. Seolah dirinya lebih tahu dan lebih paham atas sebuah persoalan sehingga menganggap dirinya memiliki argumen yang tidak terbantahkan. Akibatnya, sering sebuah tulisan terkesan menggurui. Atau, ada juga persoalan hal ini biasanya terjadi atau dialami oleh sebagian besar penulis pemula adalah tulisan dibuat dengan bertele-tele. Banyak terjadi adanya pengulangan kalimat atau kata (repetisi), atau karena terlalu menonjolkan satu sisi maka sisi lain dari persoalan yang sama menjadi tidak tersentuh. Akibatnya sebuah tulisan menjadi menjenuhkan. Jadi bagaimana mengajak tahu para pembaca atas sebuah persoalan yang diangkat menjadi penting, hal ini berbeda dengan menghadirkan kesan menggurui. Untuk itu, pemilihan kata dan kalimat hendaknya menjadi perhatian serius bagi setiap calon penulis. Tetapi juga jangan memberikan kesan “merendahkan diri” penulisnya.

4. Tidak mendikte, atau memaksakan kehendak

Maksudnya adalah sebuah tulisan harus menghindari dari kesan mendikte pembaca.Sekalikali jangan beranggapan bahwa pembaca lebih bodoh dari penulis. Oleh sebab itu, tulisan yang baik adalah tidak bersifat memaksakan kehendak atau mendikte. Kalau toh seorang penulis sangat memercayai sebuah teori atau sebuah temuan, maka ketika hal itu di angkat kedalam sebuah tulisn maka sang penulis harus memosisikan dirinya sebagai seorang yang skeptis, tidak percaya begitu saja terhadap sesuatu namun juga jangan tidak percaya sama sekali terhadap sesuatu.

5. Memaparkan ide, konsep, gagasan, atau hasil perenungan yang bermanfaat bagi khalayak umum.

Ide, konsep atau gagasan bisa anda petik dari siapapu dan dari sumber apapun. Atau bisa juga semua ide, gagasan atau konsep yang sudah anda baca kemudian direnungkan secara dialektis untuk kemudian melahirkan ide atau konsep baru. Jangan sekali-kali menjadi plagiat. Anda harus jujur dengan ide, gagasan atau konsep yang dikemukakan. Kalau ide, gagasan atau konsep itu”milik” orang lain maka anda wajib mencantumkan siapa “pemilik” ide tersebut, dan mencantumkan sumbernyangkan ukuran bermanfaat atau tidaknya bagi pembaca akan ditentukan oleh seberapa luas wawasan anda dalam memahami persoalan sosial kemasyarakatan.

6. Penulisnya menguasai betul persoalan yang hendak ditulis.

Yang dimaksud dengan “ menguasai betul persoalan yang hendak ditlis “ adalah seorang penulis hendaknya memiliki referensi yang komprehensif tentang persoalan yang akan diangkat ke dalam tulisan.Sehingga tulisan yang dibuat memiliki bobot yang memadai sebagai sebuah bentuk kontribusi dari penulis bagi para pembaca.Dalam arti lain,penulis sebisa mungkin harus menyajikan sebuah tulisan yang tidak akan mengundang sinisme pembaca.Apabila anda memiliki latar belakang petididikan di bidang kesehatan maka alangkah baiknya anda menulis persoalan diseputar kesehatan.bukan saja kredibilitas tulisan akan terjaga melainkan juga anda akan semakin dituntut untuk berkonsentrasi dibidang yang anda kuasai.Kian lama anda akan menjadi seorang yang ahli dibidang kesehatan,sehingga redaktur akan semakin mengenal tulisan anda.

7. Menarik,runut,dialektis,argumentatif,obyektif

Menarik,artinya mencitrakan sebuah kesan bagi pembaca bahwa tulisan yang dibuat adalah sesuatu yang layak untuk dibaca.Runut,artinya tulisan harus dibuat secara sistematis dengan metodologi yang mudah dicerna oleh para pembaca.Argumentatif,artinya sebuah tulisan tidak dimuati oleh asumsi-asumsi yang belum teruji,melainkan berdasarkan argumentasi atau alasan-alasan logis yang dapat “diterima “ oleh akal sehat.Obyektif,artinya tulisan yang dibuat tidak berdasarkan nilai kebenaran versi si penulis semata.Sedapat mungkin harus menghindarkan diri dari unsur-unsur subyektivisme.Dengan demikian,tulisan anda bukan saja menarik dan enak untuk dibaca melainkan juga isinya bisa dipertanggungjawabkan,baik secara moral maupun secara intelektual.

8. Makna atau pesan yang ada dalam tulisan harus “sampai” kepada para pembaca.

Tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat mentransformasakan pesan-pesan yang ada di dalam tulisan menjadi sampai kepada para pembaca.Dalam hal ini,bahasa yang digunakan harus mudah dicerna oleh para pembaca.Jangan sekali-kali,seorang penulis,beranggapan bahwa pola pikirnya sama dengan pola pikir para pembaca.Sedapat mungkin seorang penulis mampu membaca peta pola pikir para pembaca dari masing-masing media.Paling tidak,pola pikir anak muda ( ABG) tentu berbeda dengan pola pikir keluarga muda,begitu juga tentu berbeda dengan pola pikir manusia setengah baya,dan seterusnya.Jadi,tulisan yang kita buat harus disesuaikan dengan siapa yang akan membaca tulisannya.

9. Untuk penulisan kata-kata asing sebaiknya disertai penjelasan.

Kata-kata asing biasanya ditulis miring dalam kurung.Usahakan sebisa mungkun untuk tidak terlalu banyak menggunakan istilah-istilah asing.Kendati demikian,penggunaan kata asing memang tidak apa-apa selain hal itu disertai penjelasan oleh penulisnya,hal ini diperlukan agar tidak terjadi salah tafsir para pembaca.Dalam penulisan bahasa indonesia lazimnya kata-kata atau istilah asing di simpan dalam kurung dengan cetak miring.Misalnya:massa mengambang (floating mass ).

10. Memahami gaya bahasaq yang dikembangkan oleh sebuah media massa.

Jika anda hendak mengirimkan sebuah tulisan kepada salah satu media massa,harus memperhatikan betul karakter dan gaya bahasa yang digunakan oleh media tersebut. Gaya bahasa majalah umum.Gaya bahasa TEMPO,Femina,Gadis,tentu berbeda.Begitu juga dengan gaya bahasa KOMPAS atau Pikiran Rakyat.

11. Total panjang halaman sebuah tulisan antara 4 hingga 6 halaman,kertas kuarto,spasi ganda/rangkap

Ketentuan ini sebenarnya tidak bersifat mutlak,hanya untuk sebuah tulisan,pembatasan ini ada baiknya juga diindahkan.Kalau toh memang topik yang dikembangkan memungkinkan lebih dari 6 halaman-misalnya-tulisan itu baru selesaai pada halaman kelima belas,maka hal ini tidak apa-apa,namun biasanya kemudian dikemas menjadi tiga bagian menjadi semacam catatan bersambung.Namun demikian hal ini sedapat mungkin dihindari.Kecuali tulisan yang anda buat memang merupakan “ pesanan “ dari redaktur untuk kolom tertentu dengan jumlah halaman tertentu pula.

12. Jangan lupa membuat surat pengantar apabila anda hendak mengirimkan sebuah tulisan kepada salah satu media massa, sertakan pula copy identitas anda.

Hal ini memang dibutuhkan sebagai “ tatakrama” dan seorang penulis untuk redaktur yang bertanggung jawab atas “ dimuat tidaknya” tulisan yang anda kirimkan. Namun alangkah baiknya apabila tulisan yang anda buat dikirimkan langsung kepada redaktur atau media yang bersangkutan, terutama apabila media tersebut berada satu daerah dengan sang penulis.isi surat pengantar lazimnya berisi tentang tanggal pembuatan surat, kepala surat, salam pembuka, judul tulisan yang dikirimkan, sedikit penjelasan mengapa tulisan itu dianggap penting oleh penulis, riwayat singkat penulis (data diri), selain penutup, serta tanda tangan penulis.

13. Jangan lupa menggandakan setiap tulisan yang anda kirimkan, entah dalam bentuk fotokopy atau dalam bentuk softfile, yang jelas anda mmiliki salinannya.

Bukan saja hal ini penting sebagai arsip tetapi juga sebagai upaya preventif apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Misalnya karena adanya persamaan nama penulis, persamaan ide, gagasan, konsep. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka setiap naskah yang andaa kirimkan, harus dicopy terlebihdahulu, termasuk surat pengantar yang bertitimangsa. Hal inipun akan bermanfaat apabila ternyata tulisan anda, karena satu dan lain hal, tidak diterbitkan maka anda masi bisa memperbaikinya lagi dan mencoba mengirimkannya kembali kemedia yang berbeda.


SUMBER: Gunawan, Wawan.2008.Tip Trik Menulis Artikel.Bandung:Harmax Publishing.